Questions? +1 (202) 335-3939 Login
Trusted News Since 1995
A service for shipping & logistics professionals · Wednesday, January 15, 2025 · 777,135,774 Articles · 3+ Million Readers

Indonesia di pusat perjalanan dekarbonisasi pelayaran internasional

COPENHAGEN, DENMARK, November 10, 2022 /EINPresswire.com/ -- Indonesia berada dalam posisi unik untuk memanfaatkan transisi pelayaran internasional ke bahan bakar tanpa emisi (SZEF) yang skalabel selama beberapa dekade mendatang. Berkat kedekatannya dengan beberapa jalur pelayaran utama dunia, ikatan nasional yang mendalam dengan kegiatan maritim, dan akses ke sumber daya energi terbarukan, Indonesia dapat memantapkan posisinya di pusat ekosistem maritim global masa depan.

Presiden Jokowi secara konsisten menyoroti pentingnya industri maritim bagi Indonesia, dan telah menyatakan niatnya untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai Poros Maritim Global yang mendorong budaya maritim secara nasional, dan memperluas kemampuan Indonesia untuk memperoleh manfaat ekonomi dari kegiatan maritim.

Sebagai tuan rumah pertemuan G20 2022 di Bali, Indonesia memiliki peluang nyata untuk mempertimbangkan peran pelayaran internasional dalam mengatasi isu prioritas Kepresidenan, yaitu meneruskan upaya transisi energi berkelanjutan dan mempromosikan investasi internasional. Upaya selanjutnya seputar G20 dapat membantu mendorong banyak negara pelayaran terbesar dunia untuk semakin terlibat dengan persoalan-persoalan ini pada tingkat tinggi, mengakui bahwa pelayaran tanpa emisi tidak dapat dicapai sendiri, dan perlu diupayakan secara kolektif oleh negara-negara di berbagai forum pembuatan kebijakan.

Dekarbonisasi maritim

Pada 2018, Organisasi Maritim Internasional (IMO) berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK hingga separuh pada 2050. Target ini belum sejalan dengan sasaran suhu 1,5°C dari Perjanjian Paris. Namun, dukungan di antara Negara-negara Anggota IMO semakin menguat untuk meningkatkan ambisi pada pertemuan-pertemuan tahun depan, dan banyak di antara mereka menyerukan agar Strategi GRK IMO Awal diselaraskan dengan Perjanjian Paris dan menegaskan pentingnya memastikan transisi yang adil dan merata.

Saat ini, pelayaran internasional menggunakan sekitar 300 juta ton bahan bakar fosil setiap tahun, mewakili sekitar 5% dari produksi minyak global dan menyumbang hampir 3% dari emisi global. Selama beberapa dekade mendatang, dekarbonisasi maritim akan mengakibatkan transisi ke bahan bakar berbasis hidrogen hijau, seperti amonia dan metanol, yang semakin mendorong tingginya permintaan bahan bakar hijau masa depan ini. Transisi ini berpotensi menciptakan peluang besar bagi negara-negara yang mampu memasok dan memfasilitasi distribusi bahan bakar tersebut.

Secara khusus, dengan asumsi bahwa 5% dari armada global bertransisi ke Bahan Bakar Tanpa Emisi Skalabel pada 2030, permintaan energi hijau dari kunjungan kapal internasional dan domestik akan mewakili sekitar 8,3 TWh/tahun, yakni sekitar 0,9% dari total potensi energi terbarukan Indonesia. Setelah 2030, laju penerimaan SZEF akan semakin cepat sepanjang 2030-
an dan 40-an, yang mencerminkan permintaan dan peluang besar di masa depan untuk memasok bahan bakar ini.

Peluang

Menjadi bagian dari transisi pelayaran akan memungkinkan Indonesia untuk terlibat, misalnya, dalam produksi bahan bakar hijau, ekspor, dan bunkering; mendukung transisi pekerjaan yang adil dan merata serta menciptakan simpul dan pelabuhan hijau (https://www.globalmaritimeforum.org/content/2022/08/Shippings-Energy-Transition_Strategic-Opportunities-in-Indonesia.pdf). Hal ini dapat membantu mengembangkan kapasitas energi terbarukan Indonesia, selain mendukung pengembangan teknologi baru seperti pembangkit tenaga surya terapung.

Dengan menargetkan kemajuan di bidang-bidang ini, Indonesia diperkirakan akan meningkatkan upaya pada beberapa ambisi nasional yang lebih luas:

Dekarbonisasi industri nasional

•Mendukung upaya untuk memajukan dekarbonisasi maritim akan menawarkan potensi untuk mendukung penggabungan sektor dan mengembangkan sinergi dengan sektor lain seperti pertambangan dan pertanian, khususnya dalam konteks permintaan agregat untuk hidrogen hijau.

Meningkatkan impor dan ekspor

• Membangun simpul maritim hijau di Indonesia akan membantu meningkatkan ketahanan energi dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, selain meningkatkan jumlah kapal yang singgah di pelabuhan Indonesia, sehingga meningkatkan volume impor dan ekspor Indonesia.

Investasi internasional

• Pembangunan infrastruktur darat terkait dapat membantu menarik Rp 46 – 65 triliun ke Indonesia pada 2030 (https://www.globalmaritimeforum.org/content/2022/08/Shippings-Energy-Transition_Strategic-Opportunities-in-Indonesia.pdf).
Penciptaan lapangan kerja

• Studi dari Institute for Essential Services Reform (IESR) memperkirakan bahwa pada 2050 setidaknya 3,2 juta lapangan kerja baru dapat diciptakan (https://static.agora-energiewende.de/fileadmin/Partnerpublikationen/2021/IESR_Deep_Decarbonization_Indonesia.pdf) jika Indonesia mewujudkan transisi sistem energinya. Pelayaran internasional dapat membantu berkontribusi terhadap perkembangan ini.

Dari kesempatan menjadi kenyataan

Untuk memastikan bahwa Indonesia dapat mewujudkan peluang yang dihadirkan dekarbonisasi maritim, perlu ada tindakan terkoordinasi di seluruh kelompok pemangku kepentingan, di mana pemerintah, industri dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa peluang ini dapat diwujudkan untuk kepentingan masa depan Indonesia.

Untuk memajukan upaya ini, langkah-langkah berikut perlu dipertimbangkan (https://www.globalmaritimeforum.org/content/2022/08/Shippings-Energy-Transition_Strategic-Opportunities-in-Indonesia.pdf):

Mempersiapkan diri untuk mendapatkan sumber atau memproduksi listrik dan SZEF terbarukan untuk penggunaan bunker dan pelabuhan

• Mempersiapkan sumber atau memproduksi energi terbarukan dan bahan bakar hijau dapat membantu Indonesia tetap terdepan dalam perkembangan sektor serta bersiap untuk melayani kapal-kapal baru ini.

Mengembangkan strategi yang jelas bagi tindakan nasional untuk mewujudkan dekarbonisasi maritim

• Mengembangkan strategi nasional untuk mewujudkan dekarbonisasi maritim berdasarkan analisis biaya-manfaat yang komprehensif, memberikan sinyal kebijakan yang jelas dan diperlukan untuk mendukung tindakan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan agenda ini.

• Tindakan untuk meningkatkan efisiensi energi, seperti mengatasi biofouling, akan membantu mengurangi konsumsi energi secara keseluruhan, menurunkan biaya, dan membuat transisi ke SZEF tidak terlalu berat.

Berkolaborasi untuk mengamankan kebijakan GRK yang efektif di Organisasi Maritim Internasional (IMO)

• Melalui G20, tingkatkan kesadaran tentang pentingnya dekarbonisasi pelayaran dan peluang terkait transisi tersebut, sehingga negara-negara G20 dapat mendukung hasil yang ambisius di IMO.

• Hal ini akan membantu menetapkan target yang jelas yang didukung oleh langkah-langkah kebijakan yang efektif, termasuk langkah-langkah berbasis pasar, dan memastikan transisi yang adil dan merata.

Memanfaatkan pembiayaan pembangunan internasional untuk memprioritaskan pendanaan proyek-proyek strategis

• Indonesia telah memiliki pengalaman dalam mengakses dan mengimplementasikan bantuan bank pembangunan yang dapat digunakan untuk kepentingan industri maritim dan daratnya dalam meningkatkan produksi SZEF.

Terlibat dalam dan memulai kolaborasi publik-swasta

• Perlunya pemangku kepentingan publik dan swasta bersatu dan bermitra merupakan cara penting untuk menetapkan arah perjalanan dan mengkoordinasikan upaya.

English version: http://www.globalmaritimeforum.org/content/2022/11/Indonesia-at-the-center-of-international-shippings-decarbonization-journey.pdf

The authors of the op-ed are :
Stephanie Juwana: Co-Founder and Director of International Engagement and Policy Reform, Indonesia Ocean Justice Initiative
I Ketut Aria Pria Utama: Professor of ship hydrodynamics at the Department of Naval Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Op-ed signatories are:
Indah Budiani - Executive Director, IBCSD (Indonesia Business Council for Sustainable Development)
Saifuddin Suaib: Business Development Manager, HDF Energy
Ingrid Sidenvall Jegou: Project Director, Global Maritime Forum

Fore questions or more information reach out to comms@globalmaritimeforum.org

Communications Department
Global Maritime Forum
+45 38 40 18 00
email us here

Powered by EIN Presswire

Distribution channels: Business & Economy, Energy Industry, Environment, Shipping, Storage & Logistics

Legal Disclaimer:

EIN Presswire provides this news content "as is" without warranty of any kind. We do not accept any responsibility or liability for the accuracy, content, images, videos, licenses, completeness, legality, or reliability of the information contained in this article. If you have any complaints or copyright issues related to this article, kindly contact the author above.

Submit your press release